Ceritakan liburan yang paling mengesankan bagi Anda.
Kisah Tahun Baru 2024 di Bali: Dari Macet Kuta Hingga Petualangan Pulang Naik Bis.
Sentuh gambar untuk memperbesar tampilannya

Liburan akhir tahun selalu menjadi momen yang kami nantikan. Namun, tahun ini terasa lebih istimewa. Putra kami, yang sehari-hari menimba ilmu di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, akhirnya bisa ikut kami. Melihatnya tumbuh menjadi remaja yang mandiri di kelas XII Madrasah Aliyah membuat kami, saya dan istri, ingin merayakannya dengan sebuah perjalanan berkesan. Pilihan pun jatuh pada Bali, sebuah janji petualangan untuk menyambut Tahun Baru 2024 bersama. Kami ingin mengingat dan merasakan kembali kehangatan 19 tahun silam saat pertama kali kami ke Bali untuk Honeymoon.

Perjalanan kami dari Surabaya dimulai dengan mulus. Kami terbang dari Bandara Juanda, meninggalkan hiruk pikuk kota untuk sejenak. Setibanya di Bali, kami langsung menuju Villa The Vinhill Studio Bali di kawasan Badung. Suasana villa yang tenang dan privat menjadi tempat peristirahatan yang sempurna, terutama bagi putra kami yang butuh melepas penat setelah penuh dengan kegiatan di pondok.





Rencana utama kami untuk malam pergantian tahun adalah merasakan euforia di Pantai Kuta. Namun, putra kami, yang mungkin masih lelah, memilih untuk tidak ikut. “Saya di villa saja, Papa Mama. Mau santai,” ujarnya. Kami pun memakluminya. Maka, hanya saya dan istri yang berangkat sore itu dengan semangat ’45 untuk menembus keramaian Kuta.
Sayangnya, semangat kami berhadapan dengan tembok tebal bernama kemacetan parah. Jalanan menuju Kuta berubah menjadi parkiran raksasa. Mobil tak bergerak, klakson bersahutan, dan waktu terasa merayap begitu lambat.
Setelah hampir setengah jam terjebak tanpa kemajuan berarti, kami saling berpandangan. Impian merayakan tahun baru di Kuta harus kami relakan.
Kami memutuskan putar arah dan mencari alternatif terdekat. Pilihan jatuh pada Segara Seaside. Suasananya sangat berbeda dari bayangan kami tentang Kuta. Tempat ini lebih tenang, walau tidak seramai di Kuta, justru menawarkan keintiman yang tak terduga. Kami berdua duduk di tepi pantai, menikmati angin malam sambil melihat gemerlap kembang api dari kejauhan tepat pukul dua belas malam. Momen itu menjadi perayaan tahun baru yang syahdu dan romantis bagi kami berdua.


Keesokan paginya, 1 Januari 2024, energi kami kembali penuh. Kali ini, kami bertiga, dengan formasi lengkap, siap untuk berpetualang. Tujuan kami adalah pusat olahraga air paling terkenal di Bali: Tanjung Benoa.
Di sana, kami menantang adrenalin. Putra kami mencoba berpetualang mengendarai Jetski, membelah ombak dengan kecepatan tinggi, merasakan sensasi kebebasan yang luar biasa. Setelah itu, kami mencoba pengalaman unik dengan Sea Walker. Mengenakan helm kedap air, kami bertiga turun dan berjalan di dasar laut. Dikelilingi ikan-ikan tropis yang menari-nari di sekitar kami adalah sebuah keajaiban yang tak akan terlupakan. Wajah putra kami menunjukkan ketakjuban yang tulus, sebuah pemandangan yang lebih berharga dari apa pun.


Perjalanan kami belum usai. Rasanya, sebuah kunjungan belum lengkap, karena seperti kata orang, belum ke Bali kalau belum ke Tanah Lot. Sore harinya, kami menuju pura ikonik yang berdiri gagah di atas batu karang di tengah laut itu. Pemandangan matahari terbenam dengan siluet Pura Tanah Lot sebagai latar belakangnya adalah sebuah lukisan alam yang sempurna. Kami mengabadikan momen itu, menyimpan keindahannya dalam kamera dan ingatan. Dan tidak lupa juga di hari terakhir liburan, kami membeli beberapa pernak-pernik di Krisna Oleh-Oleh Bali.
Kisah liburan kami ditutup dengan sebuah kejutan. Saat hendak memesan tiket pulang, kami mendapati kenyataan pahit: semua penerbangan menuju Surabaya penuh. Arus balik liburan membuat tiket pesawat ludes terjual. Setelah berdiskusi singkat, kami memutuskan untuk menempuh jalur yang tidak biasa. Kami akan pulang ke Surabaya naik bis.
Ini menjadi sebuah petualangan baru yang tak terduga. Perjalanan darat dan laut melintasi Selat Bali dengan kapal feri memberikan perspektif yang sama sekali berbeda. Kami melihat kehidupan Bali dan Jawa dari dekat, menikmati pemandangan di sepanjang jalan, dan merasakan langsung denyut nadi perjalanan antarpulau. Meskipun lebih lama dan melelahkan, perjalanan pulang ini menambah satu lapisan cerita unik pada liburan kami.
Liburan kami di Bali untuk menyambut tahun baru 2024 memang jauh dari kata sempurna jika diukur dari rencana awal. Tapi justru dari setiap ketidaksempurnaan itulah lahir kenangan yang paling berkesan: dari gagalnya ke Kuta, serunya olahraga air, indahnya senja di Tanah Lot, hingga petualangan tak terduga pulang naik bis. Ini adalah kisah tentang fleksibilitas, kebersamaan keluarga, dan menemukan kebahagiaan dalam setiap jengkal perjalanan.
Sungguh tulisan yang sangat menarik dengan menceritakan kisah perjalanan penuh dengan kejutan yang sungguh tak terduga. Membacanya seakan akan membawa kita ikut merasakan kemacetan, keseruan dan tentunya juga pengalaman yang tak sesuai harapan di awal namun diakhir sangatlah berkesan. Semakin menyadarkan bahwa sebagai manusia kita hanya bisa berencana, tapi tidak untuk memastikan hasilnya. Dan tetaplah yakin bahwa apa yang telah digariskan oleh-Nya tak akan mungkin salah sasaran. Karena tak ada satu helai pun daun yang jatuh tanpa izin sang maha Rahman.