Mengungkap Kisah Heroik di Balik Insiden KMP Gili Iyang (13 Agustus 2025).
Beberapa waktu lalu, berita tentang terbakarnya KMP Gili Iyang yang tengah berlayar dari Gresik menuju Bawean di sekitar perairan Karang Jamuang sempat menjadi sorotan karena kapal baru saja melakukan pelayaran perdananya setelah keluar dari Docking. Meskipun insiden ini berhasil ditangani dengan baik tanpa adanya korban jiwa, ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kejadian tersebut, terutama terkait kesigapan dan profesionalisme kru kapal.
Kesigapan Luar Biasa Kru Kapal: Latihan adalah Kunci.
Satu hal yang paling patut diacungi jempol adalah respons cepat dari Nakhoda dan seluruh awak kapal. Begitu api diketahui membakar di dek bawah akibat korsleting listrik, seluruh kru langsung bergerak sigap. Mereka dengan cepat mempersiapkan skenario terburuk, yakni abandon ship atau meninggalkan kapal.
Pemandangan para penumpang yang sudah mengenakan jaket pelampung, siap menunggu aba-aba dari Nakhoda, menjadi bukti nyata kesigapan kru. Mereka berhasil menenangkan dan mengarahkan penumpang dengan tenang, memastikan semua orang dalam kondisi aman. Ini bukan sekadar respons dadakan, melainkan hasil dari latihan rutin. Seperti yang diketahui, kru kapal wajib hukumnya secara berkala sesuai jadwal bulanan menjalani latihan pemadam kebakaran dan evakuasi. Latihan ini bukan hanya formalitas, melainkan investasi penting agar saat kejadian sesungguhnya, mereka sudah familiar dengan tugas dan prosedur yang harus dilakukan.
Tindakan cepat kru dalam memadamkan api juga menunjukkan betapa pentingnya pemahaman teknis dan kerja sama tim yang solid. Dengan begitu, insiden yang berpotensi menjadi bencana besar berhasil dilokalisir dan ditangani dengan baik.
Misteri di Balik Hilangnya Sinyal AIS dari Aplikasi Pelacakan Kapal.
Terdapat satu poin menarik lainnya yang sempat memicu spekulasi, yaitu hilangnya sinyal AIS (Automatic Identification System) kapal dari aplikasi pelacakan kapal (disclaimer: Bukan dilihat dari AIS kapal, tapi melalui aplikasi pelacakan kapal). Pada pukul 21:27, KMP Gili Iyang masih terdeteksi dengan kecepatan 7.3 knot. Namun, hanya 1 menit kemudian, pukul 21:28, kapal tiba-tiba menghilang atau terdiam pada posisi terakhir yang sama pada aplikasi tersebut dan kembali terdeteksi keesokan harinya setelah kapal dibantu bernavigasi oleh kapal tunda KT Jayanegara 203 (menurut aplikasi pelacakan kapal).
Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan fenomena ini:
- Gangguan Sinyal: Wilayah sekitar Karang Jamuang saat itu mungkin mengalami gangguan sinyal, yang dapat mempengaruhi transmisi data AIS ke aplikasi.
- Korsleting Listrik: Karena insiden ini berawal dari korsleting listrik, ada kemungkinan instrumen navigasi, termasuk sistem AIS, ikut terganggu atau mati total.
- Manuver Nakhoda: Setelah mengetahui Instrumen Navigasi tersebut lumpuh akibat konsleting, agar penumpang tidak panik Nakhoda bermanuver untuk mencari tempat terdekat untuk berlabuh jangkar demi memastikan keselamatan semua orang, mengingat jalur pelayaran di selat tersebut sangat padat.
Meskipun instrumen navigasi vital tersebut yang lumpuh sempat menimbulkan kekhawatiran, dugaan terkuat mengarah pada keputusan bijaksana dari Nakhoda dan kru untuk memitigasi risiko. Mereka mengutamakan keselamatan penumpang dan kapal di atas segalanya.
Tiga Prioritas Utama dalam Manajemen Krisis.
Kejadian ini memberikan kita pemahaman yang jelas tentang prioritas yang harus diambil dalam situasi darurat di laut:
- Keselamatan Jiwa: Prioritas utama adalah keselamatan setiap nyawa di atas kapal, baik penumpang maupun kru.
- Keselamatan Lingkungan: Penanganan insiden harus juga memperhatikan dampak lingkungan, misalnya tumpahan bahan bakar atau limbah lainnya.
- Keselamatan Aset: Setelah dua poin di atas terpenuhi, barulah kru akan berupaya maksimal untuk menjaga aset perusahaan, yaitu kapal dan muatan yang ada di dalamnya.
Insiden KMP Gili Iyang adalah bukti nyata bahwa profesionalisme, kesiapan, dan pelatihan rutin adalah faktor krusial yang bisa membedakan antara musibah dan keberhasilan penanganan krisis. Nakhoda dan seluruh kru layak mendapatkan apresiasi setinggi-tingginya atas dedikasi mereka dalam menjalankan tugas, yang pada akhirnya menyelamatkan banyak nyawa dan menjaga kepercayaan publik terhadap keselamatan transportasi laut.
Penyelesaian Akhir yang Penuh Keteladanan.
Berkat kesigapan kru, api berhasil dipadamkan melalui penyemprotan dan pendinginan area dek bawah. Pada pagi harinya (14 Agustus 2025), kapal tunda KT Jayanegara 203 berhasil menarik KMP Gili Iyang menuju Pelabuhan Gresik. Seluruh penumpang dan kru berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat tanpa ada yang mengalami cedera fisik, meskipun dampak trauma tentu saja tak bisa dihindari. Kisah ini menjadi teladan bahwa kesiapan dan kerja sama tim yang solid adalah kunci utama dalam menghadapi situasi darurat di lautan.
Disclaimer : Penulis menyajikan tulisan ini dari perspektif pribadi, dan oleh karena itu, pandangan yang disampaikan bersifat subjektif. Kejadian yang digambarkan mungkin saja berbeda dari realitas sebenarnya. Tulisan ini tidak ditujukan untuk menuduh atau mencemarkan nama baik pihak atau instansi tertentu, juga tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan apresiasi kepada seluruh kru kapal atas dedikasi dan profesionalisme mereka dalam menangani situasi tanpa adanya korban jiwa.